Memori Putih Biru

Oleh: Dewi Ayu Ningtyas, S.S.

Sayup angin mengibas hijau daun
Diruntuhkannya reranting rapuh
Terik mentari pagi menandai denting waktu
Kini,
Kini tiba masa kutanggalkan seragam putih biru
Tangis kenang memecah dinding-dinding kalbu

Tuhanku…
Tak mampu kuhentikan gulir waktu
Di tempat ini tiga tahun lalu
Langkah kaki memasuki gerbang sekolahku
Menyapa bapak ibu guru serta kawan-kawanku
Berbekal harapan dan doa ayah ibu tekad kian tertuju
Lembar demi lembar tergambar indah pena putih biru

Tiga tahun telah berlalu
Di telaga ilmu ini kita bertemu
Bapak ibu guru dan kawan-kawanku
Terukir ribuan memori canda tawa haru
Kursi dan bangku-bangku coklat ialah saksi bisu
Papan putih terpatri tinta ilmu
Di almamater ini kepingan asa tersatu

Semua bukanlah ilusi belaka
Jembatan perpisahan telah membentang
Panjang
Di antara samudera ilmu nan luas
Kita dihadapkan pada tualang
Usah kita berduka
Sebab, sayonara hanyalah seremonial belaka
Kini kelu bibirku ucap kata “maaf”
Maaf
Maafkan aku ayah ibu
Untaian cinta dan pengorbananmu tiada surut
Bayi mungil merah dalam timanganmu dulu
Telah tumbuh. Kakiku kuat. Langkahku kian lebar. Dan asaku kian melambung
Ayah ibu, anakmu bertumbuh
Tumbuh jadi anak yang kelak menerbitkan senyum untukmu
Anak yang kan menopang tubuh rentamu
Anak yang kan slalu mendekapmu
Anak yang tak kan membuatku susah peluh
Sebab sejak belasan tahun
Kau tak jemu banting tulang setiap waktu

Maaf…
Maaf
Maafkan aku ibu bapak guru
Betapa tetes keringat jerih payah
Ajar sabarmu tiada terbatas
Gertak hentakmu ialah cambuk juang
Jasamu bagai nyala pelita dalam gulita
Teringat… kan selalu teringat bapak ibu guruku
Mula di bangku putih biru
Aku yang masih kosong
Tak bisa mengeja kata
Tak mampu menghitung angka
Malu tuk berbicara
Anggan tuk bergerak
Dan kini waktu memaksa untuk kepakan sayap
Kepak sayap lebar tuk terbang dicakrawala luas
Tuk Menggampai asa 

Di sudut kelas riang tawa menggema
Nyanyian rindu mengalun lirih, tak kan sirna
Jabat tangan berbalas dekap hangat
Betapa waktu bersua jumpa sekaligus pisah
Teringat…kan selalu teringat wahai kawan-kawanku

Sedih sedih rasanya…
Tapi tak apa…
Bingkai kebersamaan kan terukir indah
Tunaikan janji, ini bukanlah akhir cerita

Kenang kan selalu membayang
Dalam palung jiwa terdalam
Gerbang masa depan terhampar luas
Berjalan, berlarilah kejar impian
Kembali bersua esok atau lusa

Terima kasih tuk segala bimbingan dan kasih sayang
Tiap kata dan nasehat ialah kompas kehidupan
Aku tak lagi gentar melangkah di gerbang ilmu masa SMA

Terima kasih ayah ibu
Terima kasih bapak ibu guru
Terima kasih kawan-kawanku
Memori putih biru kan abadi dalam ingatanku

Kertosono, 24 Mei 2025

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *